Ketahanan pangan merupakan isu
global yang semakin mendesak di tengah pertumbuhan penduduk, perubahan iklim,
dan krisis geopolitik. Desa, sebagai unit terkecil dalam struktur sosial dan
ekonomi suatu negara, memegang peran penting dalam mewujudkan ketahanan pangan
nasional dan bahkan kontribusi terhadap swasembada pangan dunia. Paper ini
membahas peran strategis desa sebagai basis produksi pangan, tantangan yang
dihadapi, dan strategi untuk membangun sistem pangan desa yang berkelanjutan.
Dengan memperkuat ketahanan pangan desa, negara-negara di dunia dapat
menciptakan sistem pangan global yang lebih tangguh, adil, dan mandiri.
Indonesia sebagai negara agraris dengan lebih dari 74.000 desa memiliki tanggung jawab besar dan potensi luar biasa dalam mewujudkan swasembada pangan nasional dan kontribusi bagi ketahanan pangan dunia. Pemerintahan Prabowo–Gibran melalui Asta Cita poin ke-2 dan ke-6 menegaskan pentingnya kemandirian bangsa melalui swasembada pangan dan pembangunan dari desa.
Konsep Ketahanan Pangan Desa
Ketahanan pangan desa mencakup kemampuan desa dalam menjamin ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas pangan bagi seluruh warga secara berkelanjutan. Empat pilar utama yang menjadi fondasinya adalah:
a. Ketersediaan pangan (availability) – kemampuan desa menghasilkan pangan dari sumber lokal.
Akses pangan (accessibility) – kemampuan masyarakat untuk memperoleh pangan dengan harga terjangkau.
Pemanfaatan pangan (utilization) – pemanfaatan pangan secara bergizi dan aman.
Stabilitas pangan (stability) – kemampuan desa menjaga kontinuitas pasokan pangan meskipun terjadi gangguan (iklim, bencana, krisis ekonomi).
Ketahanan pangan desa mencakup kemampuan desa dalam menjamin
ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas pangan bagi seluruh warga
secara berkelanjutan. Empat pilar utama yang menjadi fondasinya adalah:
a. Dengan memperkuat keempat pilar tersebut di tingkat desa, negara tidak hanyamembangun ketahanan pangan nasional, tetapi juga berkontribusi pada stabilitas pangan global.
Desa sebagai Basis
Swasembada Pangan Dunia
Desa merupakan pusat kehidupan agraris dan sumber utama
produksi pangan dunia. Kontribusi desa terhadap swasembada pangan dunia dapat
dilihat melalui tiga dimensi penting:
a. Produksi dan Inovasi Lokal
Desa memiliki keragaman sumber
daya alam, varietas tanaman lokal, serta kearifan tradisional yang mendukung
sistem pertanian berkelanjutan. Inovasi seperti pertanian terpadu, agroforestri,
dan pertanian organik dapat menjadi model global untuk pangan
berkelanjutan.
b. Ekonomi Pangan Berbasis
Komunitas
Melalui kelembagaan seperti BUM
Desa, KDKMP, dan kelompok usaha bersama, desa dapat memperkuat rantai pasok
pangan lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap pasar global yang
fluktuatif.
c. Kontribusi terhadap
Stabilitas Global
Desa yang mandiri pangan berperan penting dalam menekan angka impor pangan nasional. Jika setiap negara mampu memperkuat desanya, maka stabilitas pangan dunia akan meningkat secara signifikan, mengurangi risiko krisis pangan global.
Tantangan Ketahanan Pangan Desa
Meskipun potensinya besar, desa menghadapi tantangan serius
yang harus diatasi agar dapat berkontribusi maksimal pada swasembada pangan
dunia, di antaranya:
a. Alih
fungsi lahan pertanian menjadi industri dan perumahan.
- Rendahnya
produktivitas petani akibat keterbatasan teknologi dan modal.
- Keterbatasan
akses pasar dan harga yang tidak stabil.
- Ketimpangan
gender dan generasi muda yang enggan bertani.
- Perubahan
iklim yang mengancam siklus produksi pertanian.
- Kurangnya
integrasi kebijakan nasional dan lokal.
Tanpa penguatan sistem pangan di tingkat desa, dunia akan
terus bergantung pada impor dan produksi massal yang sering kali tidak ramah
lingkungan.
Strategi Penguatan Ketahanan Pangan Desa
Untuk mewujudkan swasembada pangan dunia berbasis desa,
dibutuhkan strategi lintas sektor dan pendekatan terpadu sebagai berikut:
a. Revitalisasi Pertanian Desa
·
Modernisasi alat dan teknologi pertanian.
·
Penggunaan benih unggul lokal dan adaptif
terhadap perubahan iklim.
·
Peningkatan kapasitas petani melalui
pendampingan dan pelatihan.
b. Diversifikasi Pangan Lokal
Mendorong produksi dan konsumsi
pangan non-beras seperti umbi-umbian, sorgum, jagung, pisang, dan sagu untuk
mengurangi ketergantungan pada satu komoditas global.
c. Penguatan Lembaga Ekonomi
Desa
d. Pembangunan Infrastruktur
dan Digitalisasi Pangan
Pengembangan jalan desa, irigasi
mikro, gudang penyimpanan, dan sistem informasi pangan digital akan mempercepat
rantai pasok dan efisiensi produksi.
e. Kemitraan Global Berbasis
Desa
Desa dapat menjadi bagian dari jaringan pangan dunia melalui ekspor produk organik, perdagangan adil (fair trade), dan pertukaran pengetahuan pertanian berkelanjutan antarnegara.
- SDG
2: Zero Hunger – mengakhiri kelaparan dan meningkatkan
ketahanan pangan global.
- SDG
12: Responsible Consumption and Production.
- SDG
13: Climate Action.
Dengan demikian, penguatan ketahanan pangan desa menjadi titik
temu antara agenda nasional dan global untuk mewujudkan dunia yang bebas
dari kelaparan.
Konvergensi Visi: Asta Cita dan 12 Rencana Aksi Kementerian Desa
Saya mencoba membuat sebuah ilustrasi dari keselarasan ini untuk sedikit membuat peta jalan yang jelas : membangun kedaulatan pangan dari desa melalui penguatan kapasitas produksi, kelembagaan, dan sumber daya manusia
Kesimpulan
Desa adalah jantung ketahanan
pangan dunia. Kemandirian pangan tidak akan tercapai tanpa pemberdayaan
desa sebagai basis produksi, inovasi, dan distribusi pangan.
Ketahanan pangan desa tidak hanya menjamin kesejahteraan masyarakat lokal,
tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap stabilitas dan kedaulatan
pangan global.
Untuk itu, diperlukan kolaborasi
kuat antara pemerintah, masyarakat desa, akademisi, sektor swasta, dan lembaga
internasional. Melalui strategi yang terarah, inovasi berkelanjutan, serta
semangat “membangun dari desa”, Indonesia dan dunia dapat bergerak menuju era
baru swasembada pangan global — di mana setiap desa menjadi benteng
ketahanan dan kedaulatan pangan umat manusia.
Selamat hari pangan sedunia
Sofwan Sofyan
Bidang Pengembangan Ekonomi Lokal


